Kematian Direktur Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, mengungkap sebuah fakta bagi istri keduanya, Irawati Arienda. Kasus penembakan itu membuat Irawati sadar suaminya telah memiliki istri sebelum menikahinya.
"Waktu melamar dia mengaku jejaka, setelah kejadian (penembakan) saya baru tahu," kata Arienda saat menjadi saksi atas terdakwa Antasari Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa, 3 November 2009.
Arienda dipersunting Nasrudin pada tahun 1999. Selama sembilan tahun menikah, ia tak tahu suaminya pernah menikahi Sri Martuti pada 23 Desember 1990 di Ujung Pandang. Sejak menikah Nasrudin memang menetap di Tangerang bersama Arienda. Sedangkan Sri tinggal di Bekasi.
Nasrudin dan Sri awalnya menetap di Bekasi sejak 1995. Namun pada 1999, keduanya pisah rumah lantaran Nasrudin menikah lagi dengan Arienda. Namun, komunikasi antara Nasrudin dan Sri masih terjalin hingga menjelang kematiannya. Nasrudin juga masih menafkahi Sri dan anaknya.
Mengenai Rani Juliani yang disebut sebagai istri siri atau istri ketiga Nasrudin, Arienda juga tak mengetahuinya. Pada perbincangan di bulan Januari 2009, Arienda justru mendengar nama Rani disebut sebagai anak angkat Antasari.
Sebanyak lima eksekutor terlibat dalam pembunuhan ini. Mereka adalah Edo, Daniel, Fransiskus, Hendrikus dan Heri Santosa. Edo berperan sebagai pemberi order, Hendrikus sebagai penerima order, Fransiskus sebagai pemantau keadaan saat penembakan serta observasi kegiatan korban, Daniel sebagai penembak, dan Heri sebagai pengendara sepeda motor penembak.
Kasus pembunuhan ini juga menyeret sejumlah nama pejabat seperti Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Antasari Azhar, mantan Kapolres Jakarta Selatan Williardi Wizar, dan dua pengusaha papan atas yaitu Sigid Haryo Wibisono, dan Jerry Hermawan.
Nasrudin ditembak usai bermain golf di Padang Golf Modernland, Cikokol, Tangerang, sekitar pukul 14.00, Sabtu 14 Maret 2009. Ia tewas 22 jam kemudian dengan dua peluru bersarang di kepalanya.
vivanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar