Tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan alami pada stres jangka pendek. Namun, bila stres berlangsung dalam jangka panjang, ini bisa jadi "lampu merah" bagi tubuh karena membuat tubuh jadi rentan pada penyakit. Dengan kata lain, stres sangat merugikan tubuh. Apa saja yang kerugian yang ditimbulkan oleh stres?
Saraf
Dalam menghadapi sesuatu yang mengancam, tubuh dan pikiran kita punya respon melawan atau ikut terseret. Respon itu dimulai sebagai berikut: Saat kita stres, bagian saraf simpatetik dalam otak akan mengirim hormon adrenalin, hormon kortisol dan hormon-hormon stres lainnya. Masalahnya, bila kondisi ini berlangsung terus-menerus, hormon-hormon tadi bisa mengganggu kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.
Endokrin
Hormon stres akan memicu organ hati (liver) untuk memproduksi lebih banyak lagi gula darah supaya Anda punya cadangan energi untuk berjaga-jaga pada kondisi bahaya. Stres dimaknai oleh tubuh sebagai kondisi bahaya. Tetapi jika "bahaya" itu merupakan sebuah dilema jangka panjang dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi terkena diabetes, maka glukosa darah yang tinggi ini akan mempercepat tarjadinya diabetes.
Pernapasan
Pada saat Anda merasa sangat emosional dan stres, Anda akan mendapati napas menjadi cepat atau justru bernapas pendek-pendek dan tersengal. Jika kondisi ini sering terjadi, ketegangan pada sistem pernapasan akan membuat Anda lebih rentan pada infeksi saluran napas atas.
Kardiovaskular
Ketegangan yang bersifat sesaat, seperti menghadapi wawancara kerja, akan membuat jantung berdetak lebih kencang dan tekanan darah naik. Nah, stres jangka panjang, bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan kadar kolesterol sehingga Anda lebih rentan terkena penyakit jantung atau stroke.
Reproduksi
Panjang pendeknya siklus menstruasi juga dipengaruhi oleh stres. Stres yang tinggi bisa membuat bakteri vagina lebih senang berkembang biak. Pada ibu hamil, kondisi ini bisa meningkatkan risiko asma dan alergi pada anak.
Sistem imun
Stres jangka pendek sebenarnya ada manfaatnya juga, yakni meningkatkan sistem imun tubuh. Tetapi, stres yang terus berlanjut bisa membuat kondisi jadi berbalik, yakni memperlambat proses penyembuhan, membuat tubuh rentan infeksi, serta memperburuk kondisi kulit, seperti jerawat, eksim, atau gatal.
Pencernaan
Bila Anda merasa mual, perut kembung dan terasa terbakar, boleh jadi itu bukan karena salah makan. Penelitian menunjukkan stres bisa merangsang otot-otot perut dan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Otot-otot
Sering merasa pegal-pegal di punggung, leher atau sakit kepala? Coba cek apakah akhir-akhir ini Anda sedang menghadapi situasi yang stres. Pasalnya, saat tubuh berada dalam kondisi terancam, otot akan ikut meresponnya. Tak heran bila persendian ikut tegang.
Saraf
Dalam menghadapi sesuatu yang mengancam, tubuh dan pikiran kita punya respon melawan atau ikut terseret. Respon itu dimulai sebagai berikut: Saat kita stres, bagian saraf simpatetik dalam otak akan mengirim hormon adrenalin, hormon kortisol dan hormon-hormon stres lainnya. Masalahnya, bila kondisi ini berlangsung terus-menerus, hormon-hormon tadi bisa mengganggu kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.
Endokrin
Hormon stres akan memicu organ hati (liver) untuk memproduksi lebih banyak lagi gula darah supaya Anda punya cadangan energi untuk berjaga-jaga pada kondisi bahaya. Stres dimaknai oleh tubuh sebagai kondisi bahaya. Tetapi jika "bahaya" itu merupakan sebuah dilema jangka panjang dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi terkena diabetes, maka glukosa darah yang tinggi ini akan mempercepat tarjadinya diabetes.
Pernapasan
Pada saat Anda merasa sangat emosional dan stres, Anda akan mendapati napas menjadi cepat atau justru bernapas pendek-pendek dan tersengal. Jika kondisi ini sering terjadi, ketegangan pada sistem pernapasan akan membuat Anda lebih rentan pada infeksi saluran napas atas.
Kardiovaskular
Ketegangan yang bersifat sesaat, seperti menghadapi wawancara kerja, akan membuat jantung berdetak lebih kencang dan tekanan darah naik. Nah, stres jangka panjang, bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan kadar kolesterol sehingga Anda lebih rentan terkena penyakit jantung atau stroke.
Reproduksi
Panjang pendeknya siklus menstruasi juga dipengaruhi oleh stres. Stres yang tinggi bisa membuat bakteri vagina lebih senang berkembang biak. Pada ibu hamil, kondisi ini bisa meningkatkan risiko asma dan alergi pada anak.
Sistem imun
Stres jangka pendek sebenarnya ada manfaatnya juga, yakni meningkatkan sistem imun tubuh. Tetapi, stres yang terus berlanjut bisa membuat kondisi jadi berbalik, yakni memperlambat proses penyembuhan, membuat tubuh rentan infeksi, serta memperburuk kondisi kulit, seperti jerawat, eksim, atau gatal.
Pencernaan
Bila Anda merasa mual, perut kembung dan terasa terbakar, boleh jadi itu bukan karena salah makan. Penelitian menunjukkan stres bisa merangsang otot-otot perut dan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Otot-otot
Sering merasa pegal-pegal di punggung, leher atau sakit kepala? Coba cek apakah akhir-akhir ini Anda sedang menghadapi situasi yang stres. Pasalnya, saat tubuh berada dalam kondisi terancam, otot akan ikut meresponnya. Tak heran bila persendian ikut tegang.
Tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan alami pada stres jangka pendek. Namun, bila stres berlangsung dalam jangka panjang, ini bisa jadi "lampu merah" bagi tubuh karena membuat tubuh jadi rentan pada penyakit. Dengan kata lain, stres sangat merugikan tubuh. Apa saja yang kerugian yang ditimbulkan oleh stres?
Saraf
Dalam menghadapi sesuatu yang mengancam, tubuh dan pikiran kita punya respon melawan atau ikut terseret. Respon itu dimulai sebagai berikut: Saat kita stres, bagian saraf simpatetik dalam otak akan mengirim hormon adrenalin, hormon kortisol dan hormon-hormon stres lainnya. Masalahnya, bila kondisi ini berlangsung terus-menerus, hormon-hormon tadi bisa mengganggu kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.
Endokrin
Hormon stres akan memicu organ hati (liver) untuk memproduksi lebih banyak lagi gula darah supaya Anda punya cadangan energi untuk berjaga-jaga pada kondisi bahaya. Stres dimaknai oleh tubuh sebagai kondisi bahaya. Tetapi jika "bahaya" itu merupakan sebuah dilema jangka panjang dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi terkena diabetes, maka glukosa darah yang tinggi ini akan mempercepat tarjadinya diabetes.
Pernapasan
Pada saat Anda merasa sangat emosional dan stres, Anda akan mendapati napas menjadi cepat atau justru bernapas pendek-pendek dan tersengal. Jika kondisi ini sering terjadi, ketegangan pada sistem pernapasan akan membuat Anda lebih rentan pada infeksi saluran napas atas.
Kardiovaskular
Ketegangan yang bersifat sesaat, seperti menghadapi wawancara kerja, akan membuat jantung berdetak lebih kencang dan tekanan darah naik. Nah, stres jangka panjang, bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan kadar kolesterol sehingga Anda lebih rentan terkena penyakit jantung atau stroke.
Reproduksi
Panjang pendeknya siklus menstruasi juga dipengaruhi oleh stres. Stres yang tinggi bisa membuat bakteri vagina lebih senang berkembang biak. Pada ibu hamil, kondisi ini bisa meningkatkan risiko asma dan alergi pada anak.
Sistem imun
Stres jangka pendek sebenarnya ada manfaatnya juga, yakni meningkatkan sistem imun tubuh. Tetapi, stres yang terus berlanjut bisa membuat kondisi jadi berbalik, yakni memperlambat proses penyembuhan, membuat tubuh rentan infeksi, serta memperburuk kondisi kulit, seperti jerawat, eksim, atau gatal.
Pencernaan
Bila Anda merasa mual, perut kembung dan terasa terbakar, boleh jadi itu bukan karena salah makan. Penelitian menunjukkan stres bisa merangsang otot-otot perut dan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Otot-otot
Sering merasa pegal-pegal di punggung, leher atau sakit kepala? Coba cek apakah akhir-akhir ini Anda sedang menghadapi situasi yang stres. Pasalnya, saat tubuh berada dalam kondisi terancam, otot akan ikut meresponnya. Tak heran bila persendian ikut tegang.
Saraf
Dalam menghadapi sesuatu yang mengancam, tubuh dan pikiran kita punya respon melawan atau ikut terseret. Respon itu dimulai sebagai berikut: Saat kita stres, bagian saraf simpatetik dalam otak akan mengirim hormon adrenalin, hormon kortisol dan hormon-hormon stres lainnya. Masalahnya, bila kondisi ini berlangsung terus-menerus, hormon-hormon tadi bisa mengganggu kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.
Endokrin
Hormon stres akan memicu organ hati (liver) untuk memproduksi lebih banyak lagi gula darah supaya Anda punya cadangan energi untuk berjaga-jaga pada kondisi bahaya. Stres dimaknai oleh tubuh sebagai kondisi bahaya. Tetapi jika "bahaya" itu merupakan sebuah dilema jangka panjang dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi terkena diabetes, maka glukosa darah yang tinggi ini akan mempercepat tarjadinya diabetes.
Pernapasan
Pada saat Anda merasa sangat emosional dan stres, Anda akan mendapati napas menjadi cepat atau justru bernapas pendek-pendek dan tersengal. Jika kondisi ini sering terjadi, ketegangan pada sistem pernapasan akan membuat Anda lebih rentan pada infeksi saluran napas atas.
Kardiovaskular
Ketegangan yang bersifat sesaat, seperti menghadapi wawancara kerja, akan membuat jantung berdetak lebih kencang dan tekanan darah naik. Nah, stres jangka panjang, bisa menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan kadar kolesterol sehingga Anda lebih rentan terkena penyakit jantung atau stroke.
Reproduksi
Panjang pendeknya siklus menstruasi juga dipengaruhi oleh stres. Stres yang tinggi bisa membuat bakteri vagina lebih senang berkembang biak. Pada ibu hamil, kondisi ini bisa meningkatkan risiko asma dan alergi pada anak.
Sistem imun
Stres jangka pendek sebenarnya ada manfaatnya juga, yakni meningkatkan sistem imun tubuh. Tetapi, stres yang terus berlanjut bisa membuat kondisi jadi berbalik, yakni memperlambat proses penyembuhan, membuat tubuh rentan infeksi, serta memperburuk kondisi kulit, seperti jerawat, eksim, atau gatal.
Pencernaan
Bila Anda merasa mual, perut kembung dan terasa terbakar, boleh jadi itu bukan karena salah makan. Penelitian menunjukkan stres bisa merangsang otot-otot perut dan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Otot-otot
Sering merasa pegal-pegal di punggung, leher atau sakit kepala? Coba cek apakah akhir-akhir ini Anda sedang menghadapi situasi yang stres. Pasalnya, saat tubuh berada dalam kondisi terancam, otot akan ikut meresponnya. Tak heran bila persendian ikut tegang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar