"Pencemaran paling berat terjadi di Jakarta dibandingkan dengan Tokyo, Beijing, Seoul, Taipei, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Manila," katanya.
Seminar dan temu wartawan itu bertema "Inisiatif dan respons Indonesia terhadap Fenomena Perubahan Iklim Global" yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Berdasarkan data yang ada, total estimasi polutan CO yang diestimasikan dari seluruh aktivitas di Kota Jakarta adalah 686,864 ton per tahun atau 48,6 persen dari jumlah emisi lima polutan.
Penyebab dari pencemaran udara di Jakarta sekitar 80 persen berasal dari sektor transportasi dan 20 persen dari industri serta limbah domestik. Sementara, emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan sebesar 20 persen.
"Kawasan hutan yang lebat dengan pepohonan dapat berperan sebagai obat untuk mengurangi emisi karbon (CO2) karena akan menyerap karbon sekitar 50 persen dari biomasa pohon," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar